Senin, 10 Desember 2012

Raja dan Pengemis

Seorang raja beserta pengiringnya berpapasan dengan seorang pengemis.

Sang raja menyapa pengemis ini: “Apa yg engkau minta?”
Si pengemis berkata: “Tuanku bertanya, seakan-akan anda mampu”.
Sang raja merasa tertantang, “Tentu saja aku mampu!"
Jawab si pengemis, “Jangan Sembarangan berjanji Tuan”.
Rupanya dia bukan sembarang pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu.
Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, dia berkata: “Apapun juga! Aku orang kaya-raya”.
Si pengemis itu mengeluarkan mangkuknya: “Tuanku tolong isi ini dengan emas hingga penuh”.
Raja menjadi geram. Segera ia memerintahkan bendahara utk mengisi penuh mangkuk dengan emas!

Anehnya, mangkuk si pengemis tidak juga penuh walau terus diisi oleh emas, bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian dan lain-lain telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.

Akhirnya sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis.
Terbata-bata ia bertanya, “Tolong jelaskan terbuat dari apakah mangkuk ini?”
Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya.
Ada kegembiraan, gairah memuncak di hati, pengalaman kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk dalam mangkuk yang tak beralas itu. Begitu saja seterusnya, selalu datang keinginan baru.
Orang tidak pernah merasa puas. 'Power tends to corrupt' kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak”.

Raja itu bertanya lagi , “Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu?”
“Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Tuhan.
Jika engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambah berkat padamu.”, ucap sang pengemis itu. 

Tidak ada komentar: